Hancurnya Sebuah Pernikahan
namaku WENI, aku berprofesi sebagai seorang pramuniaga di salah satu toko pakaian di pusat perdagangan di kota medan. aku memang bukan wanita yang cantik dan kaya. aku hanya wanita biasa yang hidup dalam pas-pasan.
aku memutuskan untuk menikah dengan pria yang memang tidak kucintai sepenuhnya pada bulan oktober 4 tahun yang lalu. walaupun begitu menurutku dia hebat yang dimana dia mau menerima aku yang dimana tanpa sepengetahuan dia ketulusan cintaku tidak sepenuhnya untuk dirinya melainkan buat kekasih ya... teaptnya mantan kekasihku yang pernah ....... aku malu tuntuk mengatakannya di disini.
aku dan mantan kekasihku dulu memang cukup liar dan mesra...
samapai-sampai karena dia aku kehilangan mahkota kebangganku. walaupun begitu tak seorang pun tahu akan hal ini bahkan orangtua dan suamiku. terlalu janggal rasanya bagiku kalau suamiku tidak tahu kalau aku tidak perawan lagi. tapi mungkin itu tidak menjadi masalah yang besar baginya.
diawal pernikahan kami, aku memang berusaha tuk menjadi seorang istri yang baik dan patuh terhadap perkataan suami. karena bagiku suamiku adalah rajaku. dimana aku hanya bisa melakukan hal apapun oleh seizinnya. tapi semenjak aku mulai mengandung anak pertama kami sikapku mulai kembali seperti yang dulu sewaktu aku masih gadis. keegoisanku bahkan pembawaan yang emosional mulai kembali tampak pada diriku.
setelah aku melahirkan anak pertamaku, rasanya kebahagiaan dan rezeki kami mulai membaik. mungkin ini benar apa yang dikatakan oleh orangtua dulu kalau anak itu pembawa rezeki dan kebahagiaan di dalam rumahtangga. sampai akhirnya anakku berusia 1,5 tahun ku putuskan untuk kembali bekerja sebagai pramuniaga. hal ini dikarenakan kebutuhan ekonomi yang begitu mendesak, walaupun begitu aku yakinkan pada diriku untuk bisa menjadi seorang ibu yang baik bagi anak-anakku. dan INSYAALLAH aku bisa melakukan hal tersebut. tanpa kusadari keputusan yang ku ambil ini salah, malh suamiku yang jarang bekerja dan menjadi pengangguran di rumah. entah apa alasannya. selalu saja ada alasannya setiap aku tanya, yang inilah yang begitulah banyaklah alasannya.
tapi ku coba tuk tabah di dalam menjalani kehidupanku. pertengakaran sudah mulai sering terjadi di dalam biduk rumah tangga kami. terkadang hal kecil saja bisa menjadi topik pertengkaran kami. wajar saja pertengkaran terjadi karna aku dan suamiku sama-sama keras. tidak ada yang mau mengalah pengennya sama-sama menang. karena kerasnya kamilah yang membuat kami mulai tidak semesra di awal pernikahan kami dulu.
terkadang aku selalu meluapkan kekesalanku dan menceritakan semua yang terjadi di rumahku kepada teman yang memang aku percaya di tempat aku bekerja. dia itu ANA, aku percayakan semua hal semua rahasiaku kepadanya. yang hebatnya rasa tanggung jawab suamiku terhadap rumah tangga yang sudah kami bina selama 3 tahun mulai dilepaskannya. hampir setiap hari aku menangis akan penderitaan yang aku alami, menyendiri itu adalah hal yang sering aku lakukan untuk merenung dan mencari jawaban dari setiap masalah yang datang padaku.
babak kegagalan rumah tanggaku baru dimulai,
suamiku memang tidak seperti yang dulu, dia mau bekerja sekarang tapi masih juga sifatnya seperti dulu terkadang pergi bekerja terkadang tidur dirumah. ku kira dengan adanya perubahan itu dia mulai kembali sadar akan keadaannya dan statusnya sebagai seorang suami.
aku memang bukan seorang istri yang mau jujur akan semua uang dan perhiasaan yang aku miliki. sampai-sampai aku menyimpan uangku dengan cara menitipkan uangku kepad seorang temanku yang memiliki usaha untuk sementara. tahu kalau aku menyimpan uang dengannya, temanku mulai berulah dia mulai membujukku untuk meminjamkan uangku kepadanya dengan alasan kekurangan modal usaha. ku percaya akan hal itu. sampai satu hari aku membutuhkan uang tersebut, ehhh... malah uangku belum bisa dikembalikan olehnya. itu sakit sekali rasanya bagiku. aku ingin sekali membelikan baju baru untuk anakku, mainan, susu dan lain sebagainya harus tersendat tuk sementara karna ulah temanku tersebut. sampai akhirnya karena kesabaranku sudah mulai habis akhirnya kuputuskan untuk bertindak tegas kepada temanku. dan uangku kembali lagi kepadaku.
pernah satu hari aku kepergok oleh suamiku saat aku sedang asyik bercanda dengan teman priaku di tempat aku bekerja. entah apa yang menutupi telingaku sampai akhirnya aku tidak mendengar sama sekali sahutannya. sampai akhirnya, dengan emosi yang meledak-ledak dia putuskan untuk datang menghampiriku dan memakiku. "rupanaya ini yang kau lakukan ditempat kau bekerja, kau asyik bercanda dengan dia. jadi kau anggap aku ini apa sekarang. mungkin tidak hanya rambutmu yang kau berikan untuk dibelainya mungkin tubuhmu juga". itu kata yang keluar dari mulutnya dengan begitu lantang yang langsung membuatku hancur dan tak ada lagi harga diriku sebagai seorang istri dimatanya. memang ini semua salahku tapi sejak saat itu aku mulai sadar, aku mulai menjauhi setiap pria yang bercanda denganku.
tapi, kekerasan dalam rumah tanggapun mulai terjadi. setahuku dia bukan pria yang suka bermain tangan tapi, belakangan ini setelah kejadian tersebut dia mulai melakukan hal tersebut. hampir tiap hari selalu saja ada pertengkaran yang sesekali dibumbui oleh permainan tangan yang mendarat di kulitku. ku coba sabar .... sabar.. dan sabar...
aku malu akan kejadian ini, bahkan semua tetangaku tahu akan keributan kalau sedang terjadi. seringkali aku mengungsi untuk meredam emosinya kerumah tetanggaku. untung dia mau menerimaku, dia memang sering menasehatiku dan selalu memberikan pencerahan padaku tentang hidup berumah tangga.
hal ini sering kulakukan jika sering terjadi pertengkaran di rumahku. tapi kesabaranku sudah habis.... sampai akhirnya ku putuskan untuk meminta cerai kepadanya. dan itu dikabulkan oleh suamiku. rasanya perih, hancur, mati rasa apalah namanya...... dan akhirnya diapun pergi dari rumah yang kami tinggali bersama anak kami.
sampai saat inipun perceraian tersebut belum sampai di meja sidang, tapi aku rasanya sudah seperti seorang janda. janda yang hancur, hancur karena kesalahanku dan perbuatanku selama ini. walaupun begitu saat ini yang menjadi prioritasku adalah anakku yang bernama adit. ku coba untuk menjadi seorang single parent baginya. kucukupi kebutuhan anakku dan saat ini ku usahakan untuk menjadi yang terbaik baginya supaya anakku bisa memiliki masa depan.
walaupun kehancuran rumah tanggaku telah sampai didermaga, hatiku tetap ku buka bagi pria manapun yang mau menjadi pendampingku...........
cincin kawin
aku memutuskan untuk menikah dengan pria yang memang tidak kucintai sepenuhnya pada bulan oktober 4 tahun yang lalu. walaupun begitu menurutku dia hebat yang dimana dia mau menerima aku yang dimana tanpa sepengetahuan dia ketulusan cintaku tidak sepenuhnya untuk dirinya melainkan buat kekasih ya... teaptnya mantan kekasihku yang pernah ....... aku malu tuntuk mengatakannya di disini.
aku dan mantan kekasihku dulu memang cukup liar dan mesra...
samapai-sampai karena dia aku kehilangan mahkota kebangganku. walaupun begitu tak seorang pun tahu akan hal ini bahkan orangtua dan suamiku. terlalu janggal rasanya bagiku kalau suamiku tidak tahu kalau aku tidak perawan lagi. tapi mungkin itu tidak menjadi masalah yang besar baginya.
diawal pernikahan kami, aku memang berusaha tuk menjadi seorang istri yang baik dan patuh terhadap perkataan suami. karena bagiku suamiku adalah rajaku. dimana aku hanya bisa melakukan hal apapun oleh seizinnya. tapi semenjak aku mulai mengandung anak pertama kami sikapku mulai kembali seperti yang dulu sewaktu aku masih gadis. keegoisanku bahkan pembawaan yang emosional mulai kembali tampak pada diriku.
setelah aku melahirkan anak pertamaku, rasanya kebahagiaan dan rezeki kami mulai membaik. mungkin ini benar apa yang dikatakan oleh orangtua dulu kalau anak itu pembawa rezeki dan kebahagiaan di dalam rumahtangga. sampai akhirnya anakku berusia 1,5 tahun ku putuskan untuk kembali bekerja sebagai pramuniaga. hal ini dikarenakan kebutuhan ekonomi yang begitu mendesak, walaupun begitu aku yakinkan pada diriku untuk bisa menjadi seorang ibu yang baik bagi anak-anakku. dan INSYAALLAH aku bisa melakukan hal tersebut. tanpa kusadari keputusan yang ku ambil ini salah, malh suamiku yang jarang bekerja dan menjadi pengangguran di rumah. entah apa alasannya. selalu saja ada alasannya setiap aku tanya, yang inilah yang begitulah banyaklah alasannya.
tapi ku coba tuk tabah di dalam menjalani kehidupanku. pertengakaran sudah mulai sering terjadi di dalam biduk rumah tangga kami. terkadang hal kecil saja bisa menjadi topik pertengkaran kami. wajar saja pertengkaran terjadi karna aku dan suamiku sama-sama keras. tidak ada yang mau mengalah pengennya sama-sama menang. karena kerasnya kamilah yang membuat kami mulai tidak semesra di awal pernikahan kami dulu.
terkadang aku selalu meluapkan kekesalanku dan menceritakan semua yang terjadi di rumahku kepada teman yang memang aku percaya di tempat aku bekerja. dia itu ANA, aku percayakan semua hal semua rahasiaku kepadanya. yang hebatnya rasa tanggung jawab suamiku terhadap rumah tangga yang sudah kami bina selama 3 tahun mulai dilepaskannya. hampir setiap hari aku menangis akan penderitaan yang aku alami, menyendiri itu adalah hal yang sering aku lakukan untuk merenung dan mencari jawaban dari setiap masalah yang datang padaku.
babak kegagalan rumah tanggaku baru dimulai,
suamiku memang tidak seperti yang dulu, dia mau bekerja sekarang tapi masih juga sifatnya seperti dulu terkadang pergi bekerja terkadang tidur dirumah. ku kira dengan adanya perubahan itu dia mulai kembali sadar akan keadaannya dan statusnya sebagai seorang suami.
aku memang bukan seorang istri yang mau jujur akan semua uang dan perhiasaan yang aku miliki. sampai-sampai aku menyimpan uangku dengan cara menitipkan uangku kepad seorang temanku yang memiliki usaha untuk sementara. tahu kalau aku menyimpan uang dengannya, temanku mulai berulah dia mulai membujukku untuk meminjamkan uangku kepadanya dengan alasan kekurangan modal usaha. ku percaya akan hal itu. sampai satu hari aku membutuhkan uang tersebut, ehhh... malah uangku belum bisa dikembalikan olehnya. itu sakit sekali rasanya bagiku. aku ingin sekali membelikan baju baru untuk anakku, mainan, susu dan lain sebagainya harus tersendat tuk sementara karna ulah temanku tersebut. sampai akhirnya karena kesabaranku sudah mulai habis akhirnya kuputuskan untuk bertindak tegas kepada temanku. dan uangku kembali lagi kepadaku.
pernah satu hari aku kepergok oleh suamiku saat aku sedang asyik bercanda dengan teman priaku di tempat aku bekerja. entah apa yang menutupi telingaku sampai akhirnya aku tidak mendengar sama sekali sahutannya. sampai akhirnya, dengan emosi yang meledak-ledak dia putuskan untuk datang menghampiriku dan memakiku. "rupanaya ini yang kau lakukan ditempat kau bekerja, kau asyik bercanda dengan dia. jadi kau anggap aku ini apa sekarang. mungkin tidak hanya rambutmu yang kau berikan untuk dibelainya mungkin tubuhmu juga". itu kata yang keluar dari mulutnya dengan begitu lantang yang langsung membuatku hancur dan tak ada lagi harga diriku sebagai seorang istri dimatanya. memang ini semua salahku tapi sejak saat itu aku mulai sadar, aku mulai menjauhi setiap pria yang bercanda denganku.
tapi, kekerasan dalam rumah tanggapun mulai terjadi. setahuku dia bukan pria yang suka bermain tangan tapi, belakangan ini setelah kejadian tersebut dia mulai melakukan hal tersebut. hampir tiap hari selalu saja ada pertengkaran yang sesekali dibumbui oleh permainan tangan yang mendarat di kulitku. ku coba sabar .... sabar.. dan sabar...
aku malu akan kejadian ini, bahkan semua tetangaku tahu akan keributan kalau sedang terjadi. seringkali aku mengungsi untuk meredam emosinya kerumah tetanggaku. untung dia mau menerimaku, dia memang sering menasehatiku dan selalu memberikan pencerahan padaku tentang hidup berumah tangga.
hal ini sering kulakukan jika sering terjadi pertengkaran di rumahku. tapi kesabaranku sudah habis.... sampai akhirnya ku putuskan untuk meminta cerai kepadanya. dan itu dikabulkan oleh suamiku. rasanya perih, hancur, mati rasa apalah namanya...... dan akhirnya diapun pergi dari rumah yang kami tinggali bersama anak kami.
sampai saat inipun perceraian tersebut belum sampai di meja sidang, tapi aku rasanya sudah seperti seorang janda. janda yang hancur, hancur karena kesalahanku dan perbuatanku selama ini. walaupun begitu saat ini yang menjadi prioritasku adalah anakku yang bernama adit. ku coba untuk menjadi seorang single parent baginya. kucukupi kebutuhan anakku dan saat ini ku usahakan untuk menjadi yang terbaik baginya supaya anakku bisa memiliki masa depan.
walaupun kehancuran rumah tanggaku telah sampai didermaga, hatiku tetap ku buka bagi pria manapun yang mau menjadi pendampingku...........
cincin kawin
Komentar (0)
Posting Komentar